SEBELUM menuju lokasi rehat dan sarapan di kawasan Jalan Candi Sambisari, Yogyakarta, saya mengatur posisi bangku, menyetel ketinggian setir (tilt steering) serta mengeset maju mundur kemudi (telescopic) saat berada di parkiran Bandara Adisucipto Yogyakarta.
Tidak butuh waktu untuk mengatur semuanya itu. Setelah semua nyaman, perjalanan menggunakan Mitsubishi Xpander Ulitimate dilanjutkan ke kawasan Purwomartani yang tidak jauh dari Bandara Adisucipto untuk sarapan.
Setelah rehat dan sarapan soto batok Mbah Karto, varian ini meluncur bersama sembilan unit Xpander ke kawasan Cangkringan, di kaki Gunung Merapi, Yogyakarta. Dari Purwomartani ke Cangkringan berjarak lebih kurang 21 kilometer.
Perjalanan yang melewati kawasan Ngemplak dengan kontur jalan relatif mulus dan dari kejauhan terlihat puncak Gunung Merapi membuat perjalanan tidak membosankan.
Udara pun segar dengan cuaca pada Kamis (8/3/2018) pagi yang cerah.
Selama perjalanan menuju ke Cangkringan, memang tidak bisa melaju kencang karena kondisi lalu lintas dan jalan tidak memungkinkan hal itu.
Lampu indikator eco kerap menyala yang menandakan pemakaian BBM varian ini sangat ekonomis.
Mendekati Jalan Raya Kaliurang, kontur jalan berubah.
Lebih lebar dan didominasi menanjak. Xpander dengan transmisi matik empat percepatan ini bisa diajak untuk melakukan manuver dengan lincah.
Mesin dengan kapasitas 1.500 cc cukup mudah untuk menyalip. Namun untuk mendapatkan akselerasi, harus sedikit melakukan kickdown (pedal gas diinjak cepat).
Tetapi itu tidak butuh waktu lama, putaran mesin kembali turun ketika mobil sudah “lari.”
Irwan Kuncoro, Direktor of Sales & Marketing Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), mengatakan, mesin dengan 16 katup ini dilengkapi dengan Mitsubishi innovative valve timing electronic control (MIVEC).
“Ini bisa menghasilkan output berdaya tinggi, namun rendah konsumsi BBM, dan emisi gas buang pun ikut rendah,” kata Irwan yang ikut mendampingi Xpander Media Touring ini.
Varian terbaru dari Mitsubishi ini memiliki power 105 tenaga kuda dengan jumlah katup sebanyak 16.
Tipe Ultimate sudah dilengkapi dengan keyless operating system (KOS).
Untuk membuka dan mengunci tanpa harus menekan remote. Cukup menyentuh panel di handel pintu.
Di tipe ini, untuk menyalakan dan mematikan mesin sudah terpasang push button start engine.
Termasuk fitur active stability control, agar kendaraan tetap mudah dikendalikan.
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 30 menit, rombongan istirahat dan menikmati alam kawasan kaki Gunung Merapi lebih kurang tiga jam.
Meski bukan hari libur, tempat ini tetap ramai dikunjungi wisatawan.
Lebih kurang tiga jam berada di kawasan itu, kaki gunung ini diguyur hujan.
Touring Xpander dilanjutkan menuju ke Dusun Kretek, Borobudur Magelang.
Perjalanan ini menempuh jarak lebih kurang 42 kilometer.
Jalanan yang dilalui mendatar dan di beberapa titik jalan mulai dari Jalan Magelang, Yogyakarta, hingga memasuki Kota Muntilan-Magelang, bergelombang.
Dari Cangkringan hingga Jalan Magelang, perjalanan ditemani oleh siraman air hujan.
Setelah masuk ke Jalan Magelang hingga ke Dusun Kretek cuaca bervariasi mendung dan gerimis.
Selama melintas di jalan dapat melaju dengan kecepatan rata-rata dalam kota. Ketika mengemudi dengan konstan, indikator Eco tetap muncul.
Ditambah informasi jarak tempuh hingga konsumsi BBM muncul di layar multi information color LED display yang mudah terbaca.
Slot USB dengan soket listrik 12 volt tersedia di varian ini sehingga memungkinkan untuk mengisi baterei gawai selama perjalanan.
Untuk berkomunikasi dengan telepon pintar bisa handsfree dengan koneksi bluetooth.
Cukup menekan tanda menjawab dan mematikan serta mengatur volume melalui kemudi.
Saat tiba di kawasan Dusun Kretek, gawai serta telepon pintar sudah terisi cukup maksimal. Di tempat ini, rombongan touring Xpander untuk istirahat lebih kurang 1,5 jam.
Setelah istirahat, perjalanan dilanjutkan ke Kalipucang yang masih masuk kawasan Magelang. Di sini untuk mampir sejenak untuk menikmati kopi dan aneka camilan.
Cuaca cukup sejuk apalagi kawasan Magelang terus diguyur hujan dan gerimis sejak menjelang sore hari.
Perjalanan dilanjutkan ke Kota Semarang melalui jalan alternatif Ambarawa yang tidak jauh dari Danau Rawa Pening untuk menuju ke jalan tol Bawen.
Menjelang malam, laju kendaraan bisa lebih cepat. Apalagi kondisi jalan relatif mulus. Masuk di tol pun demikian.
Meski dipacu rata-rata 100 km/jam saat di jalan tol, di dalam kabin tidak terlalu bising.
Kabin tidak bising karena panoramic windshield terbuat dari kaca tebal kedap suara dan dilapisi penyerap bunyi.
Penyejuk kabin pun memiliki delapan mode pangaturan di baris terdepan, dan empat mode pengaturan di baris tengah.
Setelah istirahat semalam di Kota Semarang, touring ini kembali ke kawasan Ambarawa melalui tol Bawen.
Perjalanan kali ini menuju ke Kebondowo, Banyubiru, untuk melihat Danau Rawa Pening. Danau yang sebagian berwarna “hijau” karena muncul enceng gondok.
Hampir setengah hari di sana, kembali ke Kota Semarang untuk beristirahat kembali.
Selama perjalanan dari Yogyakarta, Magelang, Ambarawa, Semarang, rekan touring selama di kendaraan tetap melakukan aktivitas.
Ada yang mengambil foto hingga mengedit pekerjaan melalui komputer jinjing. Tentu ada yang juga tidur.
“Suspensi lumayan empuk. Meskipun duduk di bangku kedua,” ujar rekan satu mobil. (ang)