Aang Sunu

  • September 2010
    M T W T F S S
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    27282930  

Oplet Jalan Lagi di Jakarta

Posted by aangsunu on 12 September 2010

OPLET Morris jurusan Kampung Melayu – Kota pada hari Minggu (19/10) jalan lagi. Tetapi oplet yang dikemudikan oleh Salim (40) itu tidak menjalani rute yang sebenarnya. Rute yang dipilih adalah Jalan Sudirman menuju Pasar Baru yang dilanjutkan ke Jalan Gerbang Pemuda dan kembali ke Jalan Sudirman.
Oplet milik Salim yang lebih dikenal dengan Morris Beca menjadi salah satu perhatian banyak orang. Mobil produk Inggris itu termasuk satu dari tiga mobil “tertua” yang ikut konvoi mobil antik yang digelar oleh Hotel Sahid Jaya bekerja sama dengan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) pada hari Minggu (19/10).
Morris produksi tahun 1935 itu sebelumnya memang dipakai sebagai sarana transportasi masyarakat Jakarta yang beroperasi hingga sekitar tahun 1965. Dalam acara itu mobil tertua lainnya adalah Austin 7 tahun 1929 dan MG tahun 1942 yang dimiliki oleh Sofyan Tamara.
Oplet Morris itu dibeli oleh Salim dari tangan pertama yang bernama Oey Ek Ton di kawasan Tangerang. Salim adalah kepala pool Mikrolet M 44 (Kalimalang – Karet).
Oplet itu masih memakai mesin yang asli dengan kapasitas mesin 800 cc dengan empat silinder. Oplet itu diberi warna merah yang dikombinasi dengan warna hitam dan biru. Plat nomor-nya masih plat kuning B 4694 A. Di bagian bawah nomor polisi itu tertulis tahun 1935. Speedometer, dinamo wiper, kaki-kaki, pelek, dan mesin pun masih orisinil. Sementara bodi sudah dibangun ulang.
Bagian bodi atas mulai dari lis jendela dan atap memakai kayu jati yang dipesan khusus dari Jawa Timur. Bagian jendela belakang yang berjumlah enam buah juga direpro ulang seperti aslinya, yakni tanpa kaca tetapi memakai plastik. Sedangkan jendela pintu kanan dan kiri memakai terpal yang dapat digulung. Bodi memakai plat alumunium gavanil ukuran 0,9 mm.
“Ini saya beli bulan Februari tiga tahun lalu. Harganya Rp 40 juta. Dari tangan pertama. Namun kondisi sudah nyaris menjadi besi tua. Saat saya ambil hanya tersisa mesin, chasis, spatbor, dan kaki-kaki yang masih komplet. Bahkan surat-suratnya masih ada. Tetapi nomor ini mati sejak tahun 1972 ,” kata Salim sambil memperlihatkan surat-suratnya di halaman Hotel Sahid Jaya.
Salim lalu ‘membangun’ ulang oplet Morris Beca yang diyakini tinggal satu-satunya itu selama satu tahun. Oplet itu dibangun oleh Bang Imin, rekannya, dengan total biaya Rp 50 juta.  Bang Iming adalah yang spesialis membangun oplet di kawasan Cisalak, Jakarta Timur.  Pada bagian mesin masih dipertahankan orisinilnya. Kecuali dinamo amper yang diganti milik Toyota Kijang. Kipas pendingin radiator juga diganti dengan memakai bahan plastik. Untuk membantu mendingin mesin ditambah  dengan water pump.
Setelah jadi, Morris Beca menjadi satu dari tujuh koleksi mobil kuno yang dimilikinya. Bapak dua orang anak dan suami dari Ny Reni itu sudah mempunyai enam koleksi kendaraan kuno. Pria yang tinggal di kawasan Buaran, Jakarta Timur, itu  mempunyai koleksi Morris Minor tahun 1951 dan 1957, Morris Minor sedan tahun 1951, Morris Oxford tahun 1961, Opel Caravan tahun 1956, dan saat ini sedang membangun mobil buatan Amerika Serikat, Studi Backer tahun 1949 yang dibeli di Malang Jawa Timur.
“Yang susah waktu cari ban. Ban dengan diameter 16 inci untuk mobil ini sudah nggak ada. Akhirnya saya dapat ban ex Singapura,” kata Salim. Ban itu dipasang di pelek yang memiliki jeruji dengan ukuran 16 inci.
Mengenai perawatan ? “Tidak ada perawatan khusus. Untuk bensin pakai pertamax plus. Kalo tidak dipakai konvoi atau pameran setiap hari mesin dipanasin aja. Kemudian mobil di maju mundur biar rem nggak lengket,” katanya.
Saat ini Morris Beca merupakan mobil favorit Salim. “Berapa-pun orang nawar tidak saya lepas. Karena sudah tidak ada lagi. Selain itu jika ada reli mobil kuno saya tidak bawa. Sayang karena spare part untuk keluaran tahun 1935 tidak ada lagi. Adapun ada harus rajin hunting,” katanya.
Untuk spare part Morris, Hasanudin, rekan Salim, mengatakan, dirinya bisa menyiapkan spare part untuk Morris. Bahkan bagi penggemar Morris banyak yang mencari ke rumahnya di kawasan Cijantung Jakarta Timur.
Acara konvoi sendiri menurut Manajer Public Relation Hotel Sahid Jaya Sri Ayuningsih dalam rangka menyambur Hari Pariwisata Dunia. Kegiatan ini diikuti sekitar 150 kendaraan kuno baik mobil dan motor. Rute yang dilalui dari halaman parkir Hotel Sahid Jaya menuju ke Lapangan Banteng yang dilanjutkan melewati Balaikota DKI terus mengarah ke Senayan dan kembali lagi ke halaman hotel. (ang)

Leave a comment