Aang Sunu

  • September 2010
    M T W T F S S
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    27282930  

Archive for September 12th, 2010

Tidak Hanya Sekedar Mencantumkan SNI

Posted by aangsunu on 12 September 2010

PRODUSEN helm PT Tarakusuma Indah tidak hanya sekedar menjual helm dengan embel-embel Standar Nasional Indonesia (SNI). Produsen dengan merek helm MDS, KYT, INK, BMC, dan HIU itu menawarkan helm kepada konsumen yang benar-benar sesuai dengan aturan SNI.
Direktur Utama PT Tarakusuma Indah Henry Tedjakusuma kepada Warta Kota, Selasa (27/7), mengatakan, sebagai produsen tidak ingin menjual helm yang sudah terpasang embos SNI. Helm-helm yang dijual itu benar-benar menjalankan standar dari SNI, mulai dari proses produski hingga penjualan.
“Kami semua jalani proses itu. Bahkan salah satu syarat dan regulasi dari SNI, meski terlihat sepele, adalah pencantuman nama produsen dari helm yang kami buat. Semua helm yang kami produksi kami cantumkan nama perusahaan. Itu sebagai bentuk dari tanggung jawab kami kepada konsumen,” kata Henry.
Dengan mencantumkan nama perusahaan itu konsumen bisa mempertanyakan jika helm yang dibeli bermasalah. Henry mengatakan, hal itu untuk mengantisipasi pihak produsen lepas tanggung jawab ketika helm yang dijual bermasalah. Masalahnya, helm ber-SNI pun juga banyak ditemukan SNI yang abal-abal.
Namun, kata Henry, kegiatan itu tidak hanya dilakukan saat pemerintah mulai menerapkan helm berstandar SNI yang mulai digerakan pada tahun 2009. Penerapan SNI sudah dilakukan sejak tahun 1992 sehingga helm yang diproduksi sudah menerapkan aturan SNI.
“Jadi kami sudah menerapkan SNI sejak lama. Bukan dimulai ketika pemerintah akan  menerapkan tahun 2009. Kami tidak mau bermain-main soal kualitas. Sebagai produsen juga tidak mau sekedar bikin dan jual. Tetapi edukasi kepada konsumen juga terus dilakukan. Tujuannya agar konsumen tidak asal memakai helm,” kata Henry.
Untuk kegiatan edukasi itu salah satunya menggunakan ikon untuk dipasang di helm. PT Tarakusuma Indah memilih grup musik Slank yang dipasang di salah satu produknya, MDS. Tujuannya, kata Henry, agar konsumen mau memilih helm yang benar-benar SNI.
Mengenai merek, kata Henry, ada lima merek yang ditawarkan oleh PT Tarakusuma Indah. Termasuk satu merek luar yang diageni dan distribusikan untuk penjualan di Indonesia, merek AGV. Kelima merek helm itu mempunyai segmen yang berbeda-beda.
Segmen terendah, tetap menggunakan standar SNI, digunakan merek HIU. Sedangkan merek termahal adalah merek INK. Sementara untuk merek AGV adalah merek premium. Merek AGV ini, kata Henry, pihaknya tidak hanya sekedar menjual tetapi merupakan agen dan distribusi resmi di Indonesia. (ang)

Posted in otomotif | Leave a Comment »

Pramu Antar Berperan Ganda Sebagai Petugas Informasi

Posted by aangsunu on 12 September 2010

PRAMU antar atau tukang angkut barang yang memakai seragam berwarna merah di Stasiun Senen ternyata berperan ganda. Ia bukan saja bekerja sebagai kuli angkut,  tetapi dapat juga memberikan informasi berjalan bagi calon penumpang. Para pramu antar juga sangat tahu kondisi dan jadwal kereta.
Mereka akan mencari informasi jika kereta yang akan berangkat mengalami gangguan atau terlambat. Namun kebaikan mereka sering dinilai negatif dari para calon penumpang, karena dianggap bagian dari para calo.
Di Stasiun Senen para kuli angkut yang berseragam itu, terlihat tidak agresif untuk mendapatkan konsumen. Mereka hanya mau mendekati penumpang yang hendak berangkat, jika penumpang membutuhkan jasanya. Bahkan diantara mereka, memiliki pelanggan tetap.
Menjelang hari raya, kuli angkut yang berjumlah hingga 150-an itu juga merasakan panen. Pendapatan yang diperoleh bisa dua kali lipat dibandingkan di hari-hari biasa. Seperti yang dirasakan oleh Takrim yang telah bekerja sejak tahun 1967 itu di Stasiun Senen.
Pria berkulit legam yang telah memiliki cucu ini, sempat merasa jengkel ketika  pramu antar dituding ikut berperan menguasai kursi kosong. “Ini membuat saya sangat dongkol dan jengkel karena kelompok kami dituding seperti itu. Kami ini masuk ke dalam kereta kalau memang bawa barang. Jika tidak bawa barang kami juga tidak ada mau masuk. Mengenai bangku kosong, kalau memang ada kami memberi tahu kepada calon penumpang. Itu saja jika penumpang tidak mau yang tidak masalah,” kata Takrim.
Jasa yang diterima, kata Takrim, adalah jasa membawakan barang. Tidak ada biaya tambahan lainnya. Dia mengatakan, berita yang sempat beredar kalau kuli angkut barang merupakan joki bangku adalah salah besar. Hal ini juga diamini oleh rekannya yang biasa disapa dengan nama Keling.
Takrim bercerita, para pasukan berseragam merah sering berperan sebagai informasi. Mencari kepastian jadwal kereta termasuk memberi kabar jika kereta  telat. Dirinya menegaskan, tidak ingin para calon penumpang menjadi terlantar jika tidak ada informasi yang jelas.
“Penumpang kami suruh tunggu, kami yang mencarikan informasi. Jika sudah pasti kami langsung carikan lokasi kereta tersebut. Kami antar sampai di atas kereta. Jika kereta terlambat, kami tunggu sampai kereta datang. Begitu kereta datang barang langsung saya bawa ke dalam. Tapi saya juga dongkol jika tanya kepada calon penumpang untuk tawarkan jasa namun tidak ada jawaban,” ujar Takrim.
Mengenai pendapatan, dia mengaku ada peningkatan dibandingkan pada hari-hari biasa. Jika hari biasa hanya dapat pemasukan sekitar Rp 25.000, saat menjelang hari raya minimal Rp 50.000. Terkadang Rp 50.000 sudah diperoleh dalam waktu tiga jam. Satu kali angkut biasanya para calon penumpang memberikan uang jasa Rp 3.000 hingga Rp 5.000.
Para kuli angkut ini juga mempunyai paguyuban. Dimana anggotanya para kuli angkut. Mereka tidak segan-segan membantu jika ada orang yang terlantar karena tidak punyai tiket pulang. Akibat kecopetan atau dompetnya terjatuh. Para anggota akan berpatungan untuk membelikan tiket agar orang yang terlantar dapat pulang ke daerah asalnya.(ang)

Posted in ragam | Leave a Comment »

Kompleks Wisata Kalianda Hilangkan Penat

Posted by aangsunu on 12 September 2010

MASUK wilayah Lampung yang dirasakan pertama kali adalah panas. Hawa panas dapat diobati dengan alam Provinsi Lampung yang dapat menyejukan mata. Saat menyeberang selat Sunda dari Merak, mata memandang tidak hanya melihat laut yang tidak berujung. Tetapi pegunungan dapat dijumpai ketika kapal feri yang membawa ke Pelabuhan Bakauheni. Jadi tidak hanya ingat gajah saja.
Begitu menginjak Provinsi Lampung, menuju ke Bandar Lampung, di sisi kiri disambut dengan hamparan pantai. Apalagi perjalanan ke Bandar Lampung, setelah Bakauheni, jalannya menanjak. Di sebelah kanan gugusan pegunungan Rajabasa. Hamparan pantai dapat dilihat saat kita berada di dalam kendaraan. Untuk menikmati keindahan alam juga tidak terlalu jauh. Anda bisa mendatangi Pantai Kalianda.
Seorang rekan sempat mengingatkan. Jika ke Lampung sempatkan mampir ke Kalianda. Pantainya bagus. Pantai itu berada jika ke Bandar Lampung dari Bakauheni, pantai itu ada di sebelah kiri. Jaraknya kurang lebih sekitar 10 sampai 12 kilometer.
Ada papan petunjuk yang cukup jelas untuk masuk ke pantai tersebut yang disebut kawasan wisata Kalianda. Masuk ke kawasan wisata, bagi yang belum pernah tentu akan terkagum-kagum. Pasir putih terlihat sejauh mata memandang. Pantainya juga termasuk bersih. Cukup untuk melakukan istirahat sejenak setelah menempuh perjalanan cukup jauh.
Di pantai itu, bisa mengumbar kesenangan. Mulai dari sekedar berenang, main air, olah raga, hingga untuk berkencan. Suasananya cukup nyaman. Untuk masuk, ongkos yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal. Sekitar Rp 3.000 perorang. Murah meriah.
Dari informasi yang diperoleh jika tidak bulan puasa, pantai itu sangat ramai dikunjungi orang. Terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Namun saat hari raya nanti, pantai ini akan dipadati oleh ratusan orang yang tidak hanya datang dari Lampung saja. Termasuk siap-siap untuk mendapatkan kemacetan menjelang jalan masuk obyek wisata.
Untuk urusan perut juga tidak soal di Kalianda. Banyak warung yang berjualan. Kecuali saat puasa. Jika ingin hemat, lesehan di atas tikar dengan menu yang dibawa dari rumah juga tidak ada masalah.
Jika waktu satu hari merupakan waktu yang singkat. Anda jangan kuatir. Bisa menginap di sekitar kawasan wisata. Terlihat ada beberapa penginapan yang tidak jauh dari kawasan pantai. Anda bisa tinggal hingga hati puas.
Selain kawasan wisata Kalianda, ada obyek wisata lain seperti Teluk Lampung dan Gunung Batu. Di Teluk Lampung, bagi yang gemar menyelam dan memancing merupakan tempat yang ideal. Keindahan laut seperti terumbu karang dapat dilihat. Teluk itu mempunyai luas sekitar 1.800 kilometer lebih dengan kedalaman laut sekitar 10 meter.
Sedangkan Gunung Betung merupakan juga dipakai sarana rekreasi alam. Karena dapat ditemukan berbagai tanaman termasuk air terjun. Termasuk untuk kemah juga sangat cocok. (ang)

Posted in jalan-jalan | Tagged: , , , , , , , , | 1 Comment »

Situs Banten Lama “Hak Milik Masyarakat”

Posted by aangsunu on 12 September 2010

TANAH ini hak milik masyarakat. Tulisan ini terlihat jelas di papan pengumuman jika Anda mampir ke lokasi wisata bekas kompleks Istana Surosowan dan Museum Situs Kepurbakalaan Banten di Banten Lama, Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari Kota Serang itu.
Memang lucu dan unik, lokasi situs tertulis tanah hak milik masyarakat. Selain itu, di sekitar bekas istana saat ini juga dipenuhi dengan pedagang kaki lima (PKL) sepanjang kurang lebih 100 meter.
Bekas kompleks Istana Surosowan yang dibangun sekitar abad 16 dikelilingnya terdapat Masjid Agung Banten, Masjid Pakojan, Benteng Spielwijk, Benteng Kerkoff, Keraton Kaibon bisa dijadikan salah satu pilihan untuk berwisata. Namun di sana tidak bisa melihat bangunan yang menyerupai istana. Tetapi hanya dapat melihat sisa-sisa bangunan yang tinggal dinding bata merah setinggi 2 meter dengan lebar sekitar lima meter yang mengelilingi bekas istana di lahan seluas tiga hektar.
Istana itu dulunya ada di Surosowan merupakan ibukota dari Kerajaan Banten yang sebelumnya pusat kekuasan berada di Banten Girang. Dengan penguasa pertama adalah Sunan Gunung Jati atau dikenal dengan Syeik Syarif Hidayatullah yang tidak dinobatkan sebagai raja pertama. Tetapi anak laki-lakinya bernama Maulana Hasanuddin yang berkuasa di kerajaan.
Pada bagian dalam bekas istana yang juga dinamakan Kedaton Pekawon dapat ditemui kolam bekas pemandian, goa, dan sisa-sisa pondasi.  Sedangkan di Museum Situs Kepurbakalaan Banten, dapat dilihat hasil peninggalan kerajaan Banten. Termasuk meriam Ki Amuk yang merupakan pasangan dari meriam Si Jagur yang saat ini berada di Museum Sejarah Jakarta.
Kolam air yang terdapat di bekas istana masih terisi air. Kolam yang disebut dengan Roro Denok itu dulu dipakai untuk mandi. Di sekitar kolam terdapat beberapa buah pancuran yang bernama pancuran emas.
Kabarnya, pada saat itu pancuran itu terbuat dari emas yang berjumlah enam buah. Sekarang pancuran tersebut sudah diganti dengan pancuran biasa. Kolam itu merupakan penampungan air bersih yang sudah disaring yang bersumber dari tasikandi. Sampai sekarang air masih mengalir. Bahkan, setiap malam Jumat banyak orang yang datang untuk berziarah.
Sekarang ini disekitar kolam sedang dilakukan perbaikan pondasi yang dilakukan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang. Pasalnya, pondasi sudah hancur dan perbaikan itu diupayakan sesuai dengan aslinya. Seperti lebar batu bata merah yang disesuaikan dengan aslinya.
Selain bekas Istana Surosowan, juga dapat dilihat Keraton Kaibon yang  berjarak sekitar 300 meter dari Surosowan. Keraton tersebut disebut sebagai tempat tinggal Ratu Aisiah yang merupakan ibu kandung Sultan Safiuddin. Bangunan ini juga sudah tidak utuh lagi karena dirusak oleh pemerintahan kolonial Belanda.
Menurut Petugas BP3 Serang Mulangkara, bekas istana ini masih sering dikunjungi orang. Termasuk para mahasiswa yang ingin melakukan penelitian. Tentang bekas istana Surosowan juga masih utuh. Namun saat ini hanya tersisa seperti sekarang ini. “Kabarnya batu merah tersebut diambil pada jaman penjajahan Belanda. Dipakai untuk membangun gedung. Seperti kantor gubernur yang saat ini dipakai kantor Gubernur Banten.”
Bekas istana, katanya, masih banyak orang yang menengok. Tetapi tidak sedikit orang yang datang ke dalam bekas istana khusus mendatangi kolam Roro Denok. Namun kedatangannya berhubungan dengan mistik. Sehingga kolam tersebut dijadikan tempat ziarah.
Sayangnya, lokasi wisata yang bisa dijadikan sarana pendidikan sedikit terusik dengan ada pengumuman yang menyatakan “Tanah Ini Hak Milik Masyarakat”. Papan itu dipasang di halaman depan museum dan depan bekas istana. Mulangkara mengatakan, ada papan itu bermula ketika pada tahun 1982 warga yang tinggal di sekitar bekas istana diminta pindah.
Ini berkaitan dengan pengggalian bekas istana yang sudah dimulai sejak tahun 1976. Saat itu, warga yang tinggal di sekitar bekas istana diminta pindah ke Kampung Sukajaya yang berjarak sekitar 500 meter dari istana. Warga yang pindah mendapatkan ganti rugi bangunan dan tanaman. Lokasi yang dipakai warga untuk tinggal itu berada di atas lokasi situs.
Seiring dengan eurofia reformasi, sekitar tahun 2000 masyarakat sepertinya ingin menuntut lokasi itu. Warga mengklaim bahwa tanah tersebut adalah milik warga. “Jadilah warga memasang patok pengumuman bahwa tanah milik masyarakat,” kata Mulangkara.
Dalam pengamatan, jalan masuk yang mempunyai lebar sekitar empat meter ke dalam istana, museum, dan Masjid Agung Banten, jika para PKL berdagang terkesan kumuh. Namun karena bertepatan bulan Ramadan, tidak satupun PKL yang berdagang.
Tetapi bagaimanapun, Banten Lama masih dapat dijadikan salah satu alternatif wisata yang layak untuk dikunjungi. Di sana, paling tidak dapat mengetahui sejarah kerajaan Islam yang membangun Banten pertama kali. (ang)

Posted in jalan-jalan | Tagged: , , , , , , , , | Leave a Comment »

Oplet Jalan Lagi di Jakarta

Posted by aangsunu on 12 September 2010

OPLET Morris jurusan Kampung Melayu – Kota pada hari Minggu (19/10) jalan lagi. Tetapi oplet yang dikemudikan oleh Salim (40) itu tidak menjalani rute yang sebenarnya. Rute yang dipilih adalah Jalan Sudirman menuju Pasar Baru yang dilanjutkan ke Jalan Gerbang Pemuda dan kembali ke Jalan Sudirman.
Oplet milik Salim yang lebih dikenal dengan Morris Beca menjadi salah satu perhatian banyak orang. Mobil produk Inggris itu termasuk satu dari tiga mobil “tertua” yang ikut konvoi mobil antik yang digelar oleh Hotel Sahid Jaya bekerja sama dengan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) pada hari Minggu (19/10).
Morris produksi tahun 1935 itu sebelumnya memang dipakai sebagai sarana transportasi masyarakat Jakarta yang beroperasi hingga sekitar tahun 1965. Dalam acara itu mobil tertua lainnya adalah Austin 7 tahun 1929 dan MG tahun 1942 yang dimiliki oleh Sofyan Tamara.
Oplet Morris itu dibeli oleh Salim dari tangan pertama yang bernama Oey Ek Ton di kawasan Tangerang. Salim adalah kepala pool Mikrolet M 44 (Kalimalang – Karet).
Oplet itu masih memakai mesin yang asli dengan kapasitas mesin 800 cc dengan empat silinder. Oplet itu diberi warna merah yang dikombinasi dengan warna hitam dan biru. Plat nomor-nya masih plat kuning B 4694 A. Di bagian bawah nomor polisi itu tertulis tahun 1935. Speedometer, dinamo wiper, kaki-kaki, pelek, dan mesin pun masih orisinil. Sementara bodi sudah dibangun ulang.
Bagian bodi atas mulai dari lis jendela dan atap memakai kayu jati yang dipesan khusus dari Jawa Timur. Bagian jendela belakang yang berjumlah enam buah juga direpro ulang seperti aslinya, yakni tanpa kaca tetapi memakai plastik. Sedangkan jendela pintu kanan dan kiri memakai terpal yang dapat digulung. Bodi memakai plat alumunium gavanil ukuran 0,9 mm.
“Ini saya beli bulan Februari tiga tahun lalu. Harganya Rp 40 juta. Dari tangan pertama. Namun kondisi sudah nyaris menjadi besi tua. Saat saya ambil hanya tersisa mesin, chasis, spatbor, dan kaki-kaki yang masih komplet. Bahkan surat-suratnya masih ada. Tetapi nomor ini mati sejak tahun 1972 ,” kata Salim sambil memperlihatkan surat-suratnya di halaman Hotel Sahid Jaya.
Salim lalu ‘membangun’ ulang oplet Morris Beca yang diyakini tinggal satu-satunya itu selama satu tahun. Oplet itu dibangun oleh Bang Imin, rekannya, dengan total biaya Rp 50 juta.  Bang Iming adalah yang spesialis membangun oplet di kawasan Cisalak, Jakarta Timur.  Pada bagian mesin masih dipertahankan orisinilnya. Kecuali dinamo amper yang diganti milik Toyota Kijang. Kipas pendingin radiator juga diganti dengan memakai bahan plastik. Untuk membantu mendingin mesin ditambah  dengan water pump.
Setelah jadi, Morris Beca menjadi satu dari tujuh koleksi mobil kuno yang dimilikinya. Bapak dua orang anak dan suami dari Ny Reni itu sudah mempunyai enam koleksi kendaraan kuno. Pria yang tinggal di kawasan Buaran, Jakarta Timur, itu  mempunyai koleksi Morris Minor tahun 1951 dan 1957, Morris Minor sedan tahun 1951, Morris Oxford tahun 1961, Opel Caravan tahun 1956, dan saat ini sedang membangun mobil buatan Amerika Serikat, Studi Backer tahun 1949 yang dibeli di Malang Jawa Timur.
“Yang susah waktu cari ban. Ban dengan diameter 16 inci untuk mobil ini sudah nggak ada. Akhirnya saya dapat ban ex Singapura,” kata Salim. Ban itu dipasang di pelek yang memiliki jeruji dengan ukuran 16 inci.
Mengenai perawatan ? “Tidak ada perawatan khusus. Untuk bensin pakai pertamax plus. Kalo tidak dipakai konvoi atau pameran setiap hari mesin dipanasin aja. Kemudian mobil di maju mundur biar rem nggak lengket,” katanya.
Saat ini Morris Beca merupakan mobil favorit Salim. “Berapa-pun orang nawar tidak saya lepas. Karena sudah tidak ada lagi. Selain itu jika ada reli mobil kuno saya tidak bawa. Sayang karena spare part untuk keluaran tahun 1935 tidak ada lagi. Adapun ada harus rajin hunting,” katanya.
Untuk spare part Morris, Hasanudin, rekan Salim, mengatakan, dirinya bisa menyiapkan spare part untuk Morris. Bahkan bagi penggemar Morris banyak yang mencari ke rumahnya di kawasan Cijantung Jakarta Timur.
Acara konvoi sendiri menurut Manajer Public Relation Hotel Sahid Jaya Sri Ayuningsih dalam rangka menyambur Hari Pariwisata Dunia. Kegiatan ini diikuti sekitar 150 kendaraan kuno baik mobil dan motor. Rute yang dilalui dari halaman parkir Hotel Sahid Jaya menuju ke Lapangan Banteng yang dilanjutkan melewati Balaikota DKI terus mengarah ke Senayan dan kembali lagi ke halaman hotel. (ang)

Posted in otomotif | Leave a Comment »

Rumah Atlet Nasional Terkena Gusur

Posted by aangsunu on 12 September 2010

RATUSAN piala termasuk medali emas dan perak terpaksa disimpan di dalam bekas akuarium dan kotak kardus bekas. Bahkan beberapa tropi atau piala ada yang terlihat rusak. Seperti pada bagian atas patah. Kondisi medali emas dan perak juga terlihat kusam.
Piala dan medali merupakan salah satu benda yang paling berharga bagi seorang atlet. Paling tidak sebagai bukti berprestasinya seseorang. Tetapi benda-benda itu nyaris tertimbun puing-puing rumah yang digusur paksa oleh aparat tramtib Jakarta Barat saat menggusur Kampung Sawah, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Kamis (2/10).
Koleksi piala dan medali adalah milik atlet bulu tangkis nasioanal Silvi Antarini (19) yang tergabung dalam klub Jaya Raya. Rumah orang tua Silvi, H IGM Sumantra dan Ny Hj Asni Anggreini ikut dibongkar paksa. Saat ini hanya menyisakan pagar besi berwarna hijau. Ketika pembongkaran medali dan piala yang awalnya disimpan rapi dalam lemari itu nyaris rusak terkena buldoser dan ekskavator.
Keluarga Silvi yang baru saja membangun rumah dengan biaya Rp 80 juta pada bulan Maret 2003 saat ini sudah rata menjadi tanah. Kecuali Silvi,  Mereka dan yakni Cyntia Baby (9), adik Silvi, tinggal di bawah tenda biru ukuran 3 meter x 7 meter. Tenda itu berdiri di atas puing-puing hasil pembongkaran tersebut.
Selain piala dan medali, barang-barang yang dapat diselamatkan adalah sebuah kasur spring bed, satu set kursi dan meja tamu, dispenser, lemari kecil, beberapa gelas dan piring, televisi, dan beberapa pigura foto. Semuanya ditumpuk  menjadi satu di bawah tenda. Untuk menahan terpaan hujan di sisi kanan dan kiri dipasang krey bambu.
“Kami tidak diberi kesempatan untuk menyelamatkan barang-barang. Kami minta waktu dua jam untuk memindahkan juga tidak diberi. Beko langsung menggaruk rumah. Termasuk buldoser yang juga melindas kandang ayam yang berisi ratusan ayam. Piala dan medali ini diselamatkan sama yang lain,” ujar Ny Hj Asni Anggreini dengan mata berkaca-kaca, Senin (6/10).
Silvi Antarini adalah atlet pelatnas yang ditangani oleh Ivana Lie itu telah mengkoleksi berbagai gelar juara termasuk mengikuti kejuaraan internasional. Seperti  juara sirkuit nasional, Siliwangi SGS-Samsung kelas taruna tahun 2002, Sirkuit nasional Jawa Pos Gudang Garam, Sirkuit Mutiara Bandung, Jakarta Open, dan juara tunggal putri turnamen Jakarta Terbuka 2003.
Ny Asni dengan nada pelan menuturkan, pembongkaran paksa ini dirinya tidak ingin mengabari kepada Silvi. Karena tidak ingin mengganggu konsentrasi putri keduanya itu di pelatnas. Akhirnya, Silvi mengetahui pembongkaran itu pada hari Minggu (5/10).
“Mama kenapa nggak cerita. Silvi kan anak mama,” ujar Silvi seperti dikutip Ny Asni sambil berusaha untuk menahan air mata. “Saya hanya tidak ingin mengganggu konsentrasi dia saja. Saat ditelpon ke saya dia menanyakan ukuran baju dan rok adiknya. Katanya Cik Ivana (Ivana Lee) mau membantu,” katanya dengan mata menerawang.
Sekitar pukul 13.20, Cyntia yang baru duduk di kelas IV SDN Tanjung Duren datang dari sekolah dengan memakai seragam putih-putih dan dasi merah. “Mama baju ngaji Baby mana. Nanti Baby mau ngaji,” katanya saat duduk di samping mamanya. “Nyimpen dimana ya. Mama nggak tahu nyimpan. Libur dulu aja,” jawab Ny Asni.
Ny Asni melanjutkan ceritanya, dirinya bersama suami yang mantan Paspampres itu membangun rumah di lokasi penggusuran karena suaminya menjaga tanah yang dimiliki oleh Tommy Soeharto pada tahun 1989 itu. Setelah itu, suaminya ditawari untuk membangun rumah setelah pensiun tahun 1994. Akhirnya tanah seluas 150 meter persegi pada bulan Maret 2003 lalu direnovasi yang menelan biaya Rp 80 juta.
“Sebelumnya di daerah kami kabarnya tidak tergena penggusuran. Namun kata petugas tetap akan digusur. Kami sendiri tidak tahu kenapa karena tidak ada penjelasan. Petugas hanya bilang di seberang di bongkar yang disini juga harus dibongkar,” kata Asni yang putri sulung bertugas sebagai Pengawal Khusus Presiden Sertu Dewi Umbari.
Setelah pembongkaran lima hari lalu, Ny Asni belum tahu akan pindah kemana. Dia hanya mengatakan masih bingung. Bahkan saat ditemui, Ny Asni sedang mengetik dengan mesin tik. Ketika ditanya, dirinya sedang mengetik surat yang rencananya akan ditujukan kepada Presiden Megawati Soekarnoputri. (ang)

Posted in ragam | Leave a Comment »

LASIK Alternatif untuk Memperbaiki Mata

Posted by aangsunu on 12 September 2010

BAGI pemakai kacamata tidak ada salahnya untuk mencoba memakai fasilitas Laser Assited in-Situ Keratomileusis (LASIK). LASIK adalah prosedur perbaikan penglihatan secara permanen. Artinya membebaskan dari keharusan mengenakan kacamata dan lensa kontak.
Ini dapat dilakukan di Laser Sight Centres Indonesia yang meluncurkan klinik bedah refraksi LASIK di Jakarta yang beralamat di Jalan Wolter Monginsidi Nomor 32 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Klinik itu adalah pemegang francise dari Laser Sight Centres Australia. Laser Sight Centres Indonesia memiliki tiga spesialis oftalmik yang mendapatkan pelatihan di Australia.
Bedah LASIK adalah pembetulan penglihatan untuk ralat pembiasan seperti mata myopia, hypermetropia, presbyopia, dan astigmatise. LASIK akan mengubah kelengkungan kornea yang dilakukan tanpa harus melalui operasi atau pembedahan. Untuk melaksanakan LASIK menggunakan kerotome-mikro khusus untuk menciptakan flap.
Sebelumnya, permukaan kelengkungan kornea diubah dibentuk dengan sinar laser excimer, yakni mempertipis lapisan kornea dalam hitungan mikrometer. Laser excimer dengan cepat membentuk ulang kurva jaringan kornea yang terpapar, kemudian flap dikembalikan untuk menutup jaringan yang sudah dibentuk ulang. Flap tersebut berfungsi sebagai “plester perekat tubuh” yang merekat ulang sepenuhnya hanya dalam waktu hitungan menit tanpa jahitan.
“Untuk perbaikan penglihatan ini yang menjadi ukuran adalah ketebalan kornea mata. Ketebalan kornea yang akan diperbaiki harus menyisakan ukuran 250 mikrometer. Sedangkan ketebalan kornea mata normal adalah 600 mikrometer,” kata dr Bondan Harmani salah satu dari tiga oftalmologis Indonesia di sela-sela peluncuran klinik itu di sebuah hotel di Jakarta, Senin (29/9).
Sebelum dilakukan perbaikan dengan metode Lasik, kata dr Bondan, mata pasien akan diperiksa terlebih dulu. Pemeriksaan itu dilakukan dengan cara di scanning terlebih dahulu. Dalam pengukuran tersebut akan diketahui ketebalan kornea mata pasien. Jika hasilnya pemeriksaan awal sisa ketebalan kornea mata tidak mencapai 250 mikrometer tidak dianjurkan untuk dilakukan LASIK.
Dr Bondan mengatakan, bagi yang ingin memperbaiki penglihatan tidak tergantung jumlah minus atau plus termasuk silinder. Karena yang dilihat hanya  sisa ketebalan kornea mata tersebut. Dia mencontohkan, jika seorang pasien memakai kacamata ukuran minus 10 dan saat diperiksa masih mempunyai sisa ketebalan yang sudah ditentukan, yaitu 250 mikrometer, pasien itu dapat dilakukan perbaikan.
“Jika kurang dari angka minimal ketebalan kornea mata tidak bisa dilakukan  perbaikan. Jadi patokan ketebalan kacamata minus atau plus bukan menjadi ukuran. Bisa saja yang memakai kacamata minus satu tetapi sisa ketebalan kurang dari 250 mikrometer,” ujarnya.
Pembenahan penglihatan dengan metode Lasik, dr Raman R Saman merupakan metode yang paling aman. Dalam studi klinik resiko komplikasi lebih kecil dari satu persen. Proses Lasik sendiri tidak membutuhkan waktu yang lama sekitar 20 menit. Setelah dilakukan perbaikan Lasik dapat langsung meninggalkan kacamata. “Bukan berarti langsung bebas. Pasien tetap melakukan rawat jalan. Dan setelah dua minggu pasien sudah benar-benar sembuh,” katanya.
Sedangkan usia yang dapat dilakukan pembenahan dengan metode Lasik minimal berusia 20 tahun. Di bawah usia tersebut kornea mata masih dapat berubah. Termasuk, kondisi fisik pasien tidak mengidap diabetes dan bagi wanita hamil tidak bisa melakukan metode Lasik.
Resiko dengan metode ini lebih kecil dari satu persen. Metode ini juga sudah disetujui oleh US Food and Drug Administration.
Bebas dari kacamata ini dirasakan oleh salah seorang arti Minati Atmanegara. Sebelumnya dia selama 13 tahun harus memakai kacamata. Setelah mengikuti metode Lasik sejak sembilan bulan lalu, dirinya sudah tidak perlu memakai kacamata kembali.
Klinik bedah refraksi LASIK yang dibuka di Jakarta sejak bulan November lalu, telah berhasil melaksanakan prosedur Lasik sekitar 226 mata. Mengenai biaya untuk perbaikan penglihatan dengan metode Lasik menurut dr Raman R Saman, untuk satu mata dikenakan biaya sebesar Rp 9 juta sedangkan dua mata sekaligus biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 17 juta. (ang)

Posted in ragam | Leave a Comment »